Selamat Datang di website Balai Penyuluhan Pertanian Kapanewon Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.....................

Kamis, 21 Juli 2016

Diplodia

Penyakit Kulit Diplodia (Bark Rot/Diplodia Gummosis),
Botryodiplodia theobromae Pat., dulu dikenal dengan nama Diplodia natalensis P. Evans.
 
 Nama umum  : Botryodiplodia theobromae
 Pat. [anamorph]
Klasifikasi  : Kingdom : Fungi
Filum  : 'mitosporic fungi'
Kelas  : Coelomycetes
Sumber gambar : CABI
Morfologi dan daur penyakit
  • Cendawan dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-­mula tertutup, kemudian pecah, dan berwarna hitam. Konidium berbentuk jorong dan mempunyai 1 sekat, berwarna gelap. Konidium terutama disebarkan oleh air dan serangga.
  • Perkembangan dan tingkat serangan penyakit dipengaruhi oleh basah seperti jeruk Delima. Pandan wangi, jeruk Bali, dan jeruk ini juga rentan terhadap Diplodia kering. Bertambahnya umur tanaman pada jenis jeruk tertentu meningkat ketahanannya tetapi pada jenis lain bisa menurun ketahanannya.
  • Kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba, pembuahan yang terlalu lebat dan pelukaan pada tanaman merupakan kondisi yang baik untuk berkembangan patogen.
  • Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan. Di luar negeri penyakit ini terdapat di Amerika Serikat, Kuba, India, Malaysia, dan Thailand.
Gejala serangan
 
  • Pada jeruk dikenal dua macam serangan Diplodia yaitu Diplodia "basah" dan Diplodia "kering".  Penyakit ini dapat menyerang akar, batang dan ranting dan dapat mengakibatkan busuk akar, busuk leher, dan mati ranting
  • Serangan Diplodia basah mudah dikenal karena tanaman yang terserang mengeluarkan blendok berwarna kuning emas dari batang atau cabang-cabang tanaman. Kulit tanaman yang ter­serang setelah beberapa lama dapat sembuh kembali,     kulit yang terserang mengering dan mengelupas. Sering terjadi penyakit ber­kembang terus sehingga pada kulit terjadi luka-luka yang tidak teratur, kadang-kadang terbatas pada jalur yang sempit dan memanjang dan dapat juga berkembang melingkari batang atau cabang yang dapat menyebabkan kematian cabang atau tanaman. Cendawan berkembang diantara kulit dan kayu, dan merusak kambium tanaman. Kayu yang telah mati berwarna hijau biru sampai hitam.
  • Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman terserang mengering, terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit dan bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pada bagian celah-celah kulit terlihat adanya massa spora cendawan berwarna putih atau hitam. Perluasan kulit yang mengering sangat cepat dan bila sampai menggelang tanaman menyebabkan menguningnya daun-­daun tanaman dan kematian cabang atau pohon.
Tanaman inang lain
  • Cendawan ini bersifat polifag yang dapat menyerang beberapa macam jenis tanaman.
Cara pengendalian
  • Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), penggunaan bibit dengan batang bawah yang tahan, pengaturan jarak tanam yang cukup untuk menghindari kelembaban yang tinggi, pemupukuan berimbang, hindari pelukaan tanaman, menjaga dranase tetap baik, membersihkan alat-alat pertanian dengan karbolinim plantarum 8 %, pengamatan secara teratur terhadap bagian tanaman yang menunjukkan gejala, dan penjarangan buah agar tanaman tetap sehat/kekar.
  • Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan/ memotong kulit tanaman sakit dan memusnahkannya.
  • Pengendalian biologi, dengan memnggunakan agens antagonis Glomus fas-ciculatum dan VAM.
  • Pengendalian kimiawi, dengan pelaburan bubur bordo untuk mencegah serangan, dan penggunaan fungisida yang efektif pada bagian kulit yang ditoreh/dipotong.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar