Selamat Datang di website Balai Penyuluhan Pertanian Kapanewon Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.....................

Kamis, 21 Juli 2016

Ulat Peliang Daun : Phyllocnistis citrella Stajnton

Ulat Peliang Daun : Phyllocnistis citrella Stajnton
 
Taxonomic Position
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Lepidoptera
Family: Gracillariidae
Sumber gambar : CABI
 
Morfologi/Bioekologi
  • Telur-telur diletakkan oleh kupu-kupu betina secara terpencar di atas permukaan bagian bawah daun, tangkai daun atau bagian tanaman lain yang masih muda. Telur menetas setelah 4 hari dan larvanya masuk ke dalam epidermis, kemudian memakan jaringan tanaman yang masih muda. Stadium larva berlangsung 6 - 7 hari, kemudian pada akhirnya mencari tempat untuk menjalani stadium kepompong atau pupa. Panjang kepompong antara 5-6 mm dan lamanya fase pupa 6 - 7 hari.  Setelah menjalani fase pupa, kemudian menjadi ngengat. Siklus hidup lengkap dari mulai telur sampai ngengat berlangsung 16-18 hari. Ngengat aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari, biasanya hinggap di sekitar tanaman, atau di atas permukaan tanah.
  • Tanaman yang banyak terserang dan populasi banyak ditemukan pada daun-daun muda di pembibitan atau pada tunas-tunas.
  • Hama ini terdapat di daerah sentra produksi jeruk di Indonesia. Di luar negeri dilaporkan terdapat di Afrika Selatan dan Asia Tenggara.
Gejala serangan
  
  • Setelah telur menetas, ulat masuk ke dalam jaringan tanaman, yaitu mem- buat liang di bawah jaringan epidermis tanaman, terutama daun yang masih muda. Walaupun demikian, ulat kadang-kadang meliang di bagian tanaman yang lain, seperti ranting, tangkai daun dan buah yang masih muda. Pada ulat yang sedang aktif, yaitu fase larva, larva terlihat berwarna kuning sedang meliang, sambil memakan jaringan tanaman.
  • Apabila fase larva telah cukup, ulat menuju ke tepi daun, kemudian mempersiapkan diri untuk memasuki fase pupa atau kepompong, caranya adalah dengan menggulung atau melipat tepi daun, sehingga pupanya ter-lindungi dari gangguan luar.
  • Gejala lainnya adalah pada serangan yang berat dan berlanjut, daun tampak mengkerut, menggulung atau keriting. Sedangkan gejala yang khas adalah berupa bekas serangga tersebut aktif makan, warnanya keperakan, coklat atau hitam, tergantung lamanya bekas ulat-ulat tersebut pada daun tersebut, berupa garis atau jalur-jalur yang berkelok-kelok, sesuai dengan tempat yang dilalui ketika makan. Kerusakan yang disebabkan oleh hama ini dapat mencapai 67,7%, dan juga dapat menularkan bakteri Xanthomonas citri (Chase) Dowson, yaitu kanker pada tanaman jeruk.
Tanaman inang lain
  • Anggur, kemuning (Murraya sp), Rutaceae
Cara pengendalian
  • Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu: terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan secara teratur 2 minguan.
  • Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi bagian tanaman yang terserang/mengandung hama dengan cara memotong/memetik bagian tanaman terserang dan memusnahkannya.
  • Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada bagian tanaman yang terserang.
Sumber : Ditjen Horrtikultura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar