Selamat Datang di website Balai Penyuluhan Pertanian Kapanewon Nanggulan Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta.....................

Kamis, 21 Juli 2016

Jamur Upas

Jamur Upas : Corticium salmonicolor B.& B.
























Nama umum    : Corticium salmonicolor Berk. & Broome
Klasifikasi    : Kingdom: Fungi
Phylum   : Basidiomycota
Kelas   : Basidiomycetes
Ordo    : Stereales
Famili   : Corticiaceae
Sumber gambar : CABI
Morfologi dan daur penyakit
  • Morfologi pertumbuhan patogen pada tanaman mengalami 4 stadia, yakni stadium membenang, stadium membintil, stadium kortisium, dan stadium nekator. Stadium membenang merupakan perkembangan awal patogen yakni pada permukaan ranting atau cabang tanaman terlihat benang-benang halus.
  • Perkembangan selanjutnya pada permukaan ranting atau cabang tanaman terlihat adanya bintil-bintil putih.  Lapisan miselium yang tipis berwarna merah jambu merupakan ciri stadium kortisium.  Perkembangan selanjutnya adalah stadium nekator, yaitu terbentuk bintil merah pada kayu yang umumnya telah mati karena serangan cendawan ini.  Bintil-bintil tersebut merupakan tubuh buah cendawan.
  • Kelembaban dan kurangnya cahaya yang mengenai bagian tanaman mendorong perkembangan cendawan ini.
  • Penyakit ini menyebar di pertanaman jeruk antara lain di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.
Gejala serangan
  










 
  •  Mula-mula jamur membentuk benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba pada permukaan kulit cabang atau ranting yang berkayu (stadium sarang laba-bala).
  • Jamur berkembang terus, masuk ke dalam kulit dan menyebabkan kulit membusuk, sedang pada permukaan kulit jamur membentuk kerak berwarna merah jambu seperti warna ikan salmon (stadium Corticium). Pada tingkatan ini jamur membentuk basidiospora yang dapat dipencarkan oleh angin.
  • Jamur berkembang terus, meskipun kulit sudah mati, dan membentuk badan buah berbentuk piknidium berwarna merah bata (stadium Nekator) yang menghasilkan konidium.  Konidium dipencarkan oleh percikan air atau oleh serangga.
Tanaman inang lain
  • Karet, coklat, kopi, teh, dan cengkeh
Cara pengendalian
  • Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), penggunaan bibit yang sehat, pengaturan jarak tanam yang cukup untuk menghindari kelembaban yang tinggi, pemupukuan berimbang, dan pengamatan secara teratur terhadap kulit cabang atau ranting yang menunjukkan gejala adanya benang-benang mengkilat seperti sarang laba-laba, bintil-bintil putih, miselium merah jambu, dan bintil merah (nekator) pada kayu-kayu yang telah mati.
  • Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan/sanitasi bagian tanaman yang menunjukkan gejala serangan dan sisa tanaman/kayu mati yang terinfeksi, serta memusnahkannya.
  • Pengendalian kimiawi, dengan penggunaan fungisida yang efektif sesuai rekomendasi.
Sumber : Ditjen Hortikultura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar